Blogger Layouts

Halaman

Jumat, 27 Februari 2015

D r e a m   ‘I m p i a n’

I have a dream /a song to sing/to help me cope/with anything

Lirik lagu ini mungkin sering kita dengar. Ini adalah lirik lagu I have a dream. Lagu ini dipopulerkan oleh Westlife. Lagu ini menyinggung kata dream. Apa sebenarnya dream?

Dream berasal dari bahasa Inggris. Dream dapat diartikan sebagai impian. Sebagian buku mengartikan kata ini sebagai mimpi. Dari dua kata yang diartikan di atas, lebih tepatnya dream ini diartikan sebagai impian. Dengan demikian, dream dapat diartikan sebagai sesuatu hal/benda yang sangat diidam-idamkan menjadi kenyataan.  

Apakah dream ini penting diketahui oleh siswa? jawabannya adalah ya. Mengapa? Karena dream berperan besar dalam mengarahkan siswa menuju masa depan.

Setiap siswa memiliki impian. Dia mengimpikan kehidupannya kelak di saat dia dewasa. Apakah dia mengimpikan menjadi seorang pengusaha sukses, guru/dosen profesional, peneliti, presiden, polisi/tentara, dokter, dan sebagainya. Impian ini akan menjadi nyata jika siswa tersebut siap untuk menjalani segala tantangannya. Impian tidak terwujud dalam sekejab. Ia menuntut proses.

Pertanyaannya adalah apakah setiap siswa siap menjalani tantangan yang diimpikannya?

Ini harus dijawab oleh siswa itu sendiri. Dia harus merenungkannya. Akhir dari sebuah jawabannya akan bermuara pada dua hal: mencapai impian atau tidak mencapainya.

Terus apa yang dapat dilakukan guru agar siswa dapat menjalani tantangan itu dan menggapai impiannya? Salah satunya adalah pembelajaran di sekolah. Di sekolah, siswa dibimbing memahami materi pembelajaran (hardskill) dan dibentuk karakternya (softskill). Mengapa kedua hal ini? Karena keduanya akan bersama-sama dalam merealisasikan impian tersebut. Ilmu diperlukan untuk memecahkan permasalahan secara teoretis dan empiris; karakter diperlukan sebagai sikap yang harus dimiliki seorang siswa.

Ilustrasinya, misalnya, siswa mengimpikan menjadi seseorang yang mampu membaca cepat. Dia memang bisa membaca tetapi tidak bisa membaca cepat dan tidak tahu cara membaca cepat. Untuk itu, dia antusias menemukan cara membaca cepat. Dia rajin berlatih membaca cepat. Akhirnya, dia mampu mewujudkan impiannya tersebut—membaca cepat. Nah, yang manakah disebut softskill dalam ilustrasi ini? Tepat. Jawabannya adalah antusias dan rajin. Hardskill-nya adalah cara membaca cepat. Tampak di sini, softskill itu berpengaruh besar dalam mencapai impian. Sehingga tidak salah, hasil riset membuktikan bahwa yang mengantarkan seseorang menuju kesuksesan itu adalah softskill yang baik. Tentunya ditunjang oleh hardskill yang memadai juga.

Selanjutnya bagaimana cara menggapai dream?


Ingatlah dream yang sudah diangankan. Jika sudah tahu bahwa kita betul-betul ingin menggapai impian tersebut dan tidak mau gagal mencapainya, maka mulailah berbenah di jalan yang sesuai koridor impian itu. Tumbuhkan softskill yang baik dalam mencapainya. Gali ilmu (hardskill) sedalam-dalamnya. Dan ingat, buatlah perencanaan menuju impian. Mengapa perencanaan? Karena akan selalu ada jalan yang bercabang di setiap jalan yang kita jalani. Dan jika salah arah jalan, mungkin kita lama akan menuju tujuan atau mungkin juga tersesat. Pentingnya perencanaan, dalam sebuah buku pernah tertulis if you fail to plan, you are planning to fail

Rabu, 18 Februari 2015

Siswa: Mencari Ilmu Versus Mencari Nilai

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007). Pernyataan ini menegaskan bahwa muara pendidikan adalah terciptanya manusia terdidik atau dengan kata lain memiliki karakter yang baik.
Guna mencapai tujuan tersebut, hadirlah sekolah sebagai salah satu wadah pendidikan formal. Sekolah diberikan kewenangan mendidik siswa agar mencapai tujuan tersebut.
Guru sebagai ujung tombak untuk menyukseskan tujuan itu di tengah perjalanan memberikan pembelajaran menemui fenomena-fenomena. Satu di antara fenomena tersebut adalah mindset ‘cara pikir’ siswa terhadap nilai dan ilmu.

Bagaimana sebenarnya mindset yang dimaksud?

Pembelajaran di kelas adalah proses untuk memahamkan siswa mengenai ilmu yang dipelajari. Oleh sebab itu, segala cara yang dilakukan guru dan siswa di kelas merupakan hal yang dapat dipandang sebagai bagian menuntut ilmu. Apakah di dalam kelas mendengarkan penjelasan guru, berdiskusi mengenai materi, mengerjakan soal, mengerjakan tugas di rumah, atau pun membaca buku yang disarankan guru sebagai bahan pengayaan. Intinya adalah memahamkan siswa mengenai ilmu tersebut.
Ilmu yang sudah dipelajari tentunya dievaluasi guna mengetahui sejauh mana ilmu itu dapat dipahami oleh siswa. Teknik mengevaluasi ini banyak jenisnya. Ada yang bersifat ulangan atau ada pula bersifat portofolio. Permasalahan yang sering muncul adalah siswa merasa enggan mengerjakan segala tugas yang diberikan tetapi berharap memperoleh nilai tinggi.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah pantas menerima sesuatu yang tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan?


Idealnya seorang siswa memahami ilmunya terlebih dahulu. Jika ilmunya telah tertancap dengan mantap di pikiran maka segala soal dan tugas terasa mudah untuk dikerjakan. Hal ini perlu dipertegas karena esensi pendidikan adalah tercapainya karakter yang bagus. Karakter yang bagus tidak hadir tanpa dilandasi oleh keilmuan yang memadai. Nilai tinggi tidak jaminan seorang siswa menggapai cita-cita, tetapi ilmu yang tinggi akan membawa seorang siswa menuju cita-cita.