Guru Masa Depan
Persoalan pendidikan tidak akan pernah ada matinya untuk dibicarakan. Selama manusia masih hidup di permukaan bumi ini dan selama manusia masih ingin melakukan kelangsungan hidup maka selama itu pendidikan akan tetap diperbincangkan. Kira-kira begitulah untuk memandang bahwa pendidikan itu sangat erat hubungannya dengan manusia.
Dalam dunia pendidikan, pendidik dan peserta didik adalah dua komponen yang wajib ada. Ketidakhadiran salah satu komponen ini akan menyebabkan proses pendidikan tidak berjalan lancar. Oleh sebab itu dibutuhkan pula sebuah wadah yang memanajemen secara keseluruhan agar proses pendidikan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik terlaksana dengan baik.
Pendidik dalam artian yang sangat luas adalah orang yang mampu memberikan pendidikan kepada peserta didik. Untuk itu, pendidik tidak hanya guru yang mengajar di sekolah. Orangtua dan masyarakat luas yang mampu memberikan pendidikan layak dianggap pendidik. Atau jika lebih dispesifikkan bahwa orangtua adalah pendidik yang paling utama karena kehadirannya yang lebih dekat dengan anak/peserta didik. Siapa pula di dunia ini yang lahir tanpa orangtua?
Jika dispesifikkan lagi pada dunia sekolah formal, pendidik adalah orang yang sering dipanggil guru. Mereka adalah orang-orang pilihan yang memiliki kecakapan dengan ilmu pendidikan untuk mengemban tugas mulia yakni mencerdaskan siswa sesuai ketentuan yang diatur dalam peraturan yang berlaku.
Siapakah guru masa depan itu?
Melihat penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa guru masa depan itu bukanlah orang yang harus turun dari planet lain. Guru masa depan Indonesia itu adalah orang-orang yang telah menempuh pendidikan sebagaimana peraturan yang berlaku dan memiliki kapasitas yang mumpuni serta memiliki keterpanggilan jiwa untuk mendidik anak-anak Indonesia.
Guru masa depan Indonesia adalah orang-orang yang penuh cinta mengabdikan ilmunya kepada siswa-siswa Indonesia.
Belakangan dilihat di berbagai media bahwa setiap ada masalah yang menyangkut siswa, yang menjadi sorotan adalah sekolah dan guru. Sehingga terkesan bahwa guru memegang tanggung jawab sepenuhnya masalah pendidikan. Gurulah yang harus bertanggung jawab atas semua masalah yang ditimbulkan siswa. Padahal siswa adalah manusia yang dapat dipengaruhi oleh siapa saja dan dapat diawasi oleh bukan guru saja. Faktor lingkungan, teman, keluarga bahkan media adalah hal yang tak bisa diabaikan begitu saja. Mereka juga sebenarnya berpeluang memberikan tanggung jawab dalam hal ini. Coba lihat saja media yang mempertontonkan sinema elektronik berbau kekerasan. Apakah ini cocok untuk siswa? Belum lagi ditambah lingkungan, teman, dan keluarga yang kurang mendukung tumbuhkembangnya karakter anak. Dan lagi-lagi haruskah setiap masalah yang dilakukan siswa menjadi tanggung jawab sekolah dan guru? Inilah yang perlu direnungkan.
Siswa atau peserta didik membutuhkan banyak perhatian dari berbagai elemen. Bukan hanya guru di sekolah. Inilah yang harus disikapi oleh setiap orang. Yang menjadi orangtua berarti harus memiliki rasa tanggung jawab besar terhadap pendidikan dan karakter anaknya. Yang belum menjadi orangtua juga wajib mencerminkan sikap bijaknya menjadi orang dewasa. Penguasa media juga bukan hanya memproduksi hiburan tanpa memperhatikan konten edukasinya. Harus lebih selektif dalam memberikan sinema. Serta para pemangku kebijakan juga memberikan perhatian yang besar terhadap terhadap pendidikan di negeri ini. Pada akhirnya akan terlahir generasi yang benar-benar generasi emas Indonesia.
21-7-2017
Kamis, 20 Juli 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar