meningkatkan semangat belajar dengan motivasi diri sendiri
oleh:
Justianus Tarigan
nim 2103111034
1. Pendahuluan
Kuliah adalah idaman banyak pelajar. Menjadi mahasiswa merupakan kebanggaan tersendiri karena bisa menginjakkan kaki ke jenjang perguruan tinggi, apalagi perguruan tinggi favorit. Rata-rata orang mempercayai bahwa kuliah adalah solusi untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Dengan kuliah, diharapkan bisa mendapat pekerjaan yang baik dan kehidupan yang lebih layak. Anggapan ini memang tidak salah karena kuliah adalah pendidikan. Wajar saja orang beranggapan pendidikan adalah solusi untuk memperbaiki nasib.
Bagi orang yang mampu menginjakkan kaki ke jenjang perguruan tinggi, layaklah diucapkan selamat. Walaupun, saat sekarang ini kuliah bukan lagi dipandang sama luar biasanya pada zaman dahulu. Hari ini kita kuliah karena tuntutan zaman yang semakin mendesak. Era teknologi menuntut kita untuk bisa bersaing agar mampu bertahan hidup. Salah satu solusi yang diperkirakan lebih baik adalah dengan belajar hingga ke perguruan tinggi.
Sebelum memperoleh predikat sebagi mahasiswa, banyak hal yang harus dipersiapkan siswa untuk mencapai tujuan itu, terutama harus lulus dari sekolah lanjutan. Lulus dari sekolah lanjutan, siswa masih dihadapkan dengan rintangan, yakni mengikuti ujian saringan. Dalam hal ini, tergantung kepada perguruan tinggi yang dipilih. Jika perguruan tinggi yang dipilih mewajibkan calon mahasiswanya untuk mengikut ujian saringan seperti SNMPTN atau sejenisnya, maka siswa itu harus giat belajar agar bisa lulus dan diterima di perguruan tinggi itu. Bagi yang lulus ujian wajar saja kalau dia berbangga diri karena bisa memenangkan persaingan dari ribuan pesaing. Tapi, lulus ujian bukan berarti jalan telah mulus ke depan. Lulus ujian berarti sudah siap untuk ditempah. Seperti ungkapan yang sering didengar “masuknya susah, keluarnya juga susah.”
Dalam makalah ini penulis hanya menjelaskan tiga hal, yaitu (1) penyesuaian diri dengan perkuliahan, (2) cara belajar yang efektif, dan (3) memilih lingkungan tempat tinggal.
1. Penyesuaian diri dengan perkuliahan
Gelar mahasiswa sudah teraih. Perasaan senang dan bangga tentu menghiasi hati. Jerih payah selama ini telah terbayar oleh kata “lulus”, sehingga bisa menggondol gelar mahasiswa di perguruan tinggi yang dikehendaki.
Semangat yang menggebu-gebu ketika ingin kuliah semakin bertambah setelah diterima di perguruan tinggi. Namun, semangat itu ternyata tidak selamanya menyala-nyala, ia bisa naik dan bisa juga turun. Pada saat pertama kuliah kita memang menikmati kuliah tapi ketika begitu banyak tugas yang diberikan dosen baru kejenuhan itu mulai datang. Untuk itu, perlu dibuat penawarnya agar ketika semangat belajar turun, turunnya tidak terlalu drastis sehingga bisa ditanggulangi.
Pendidikan di bangku kuliah berbeda dengan pendidikan di bangku sekolah lanjutan. Jika di bangku sekolah lanjutan harus mengenakan pakaian seragam, sedangkan di bangku perkuliahan pakaian sudah bebas. Jika di sekolah lanjutan siswa mendapat perhatian cukup dari guru, sedangkan di perkuliahan tidak demikian. Jika di sekolah lanjutan terkesan guru yang lebih aktif, sedangkan di perkuliahan mahasiswa yang lebih aktif, dan sebagainya. Intinya, mahasiswa sudah dianggap dewasa sehingga dibiasakan untuk belajar mandiri.
Hal di atas adalah sebagian perbedaan yang tampak antara perkuliahan dengan sekolah lanjutan. Sebenarnya yang paling menonjol di perkuliahan itu adalah sistem belajar yang dikenal sebagai Sistem Kredit Semester (SKS), yang disusun menjadi rencana studi. Rencana studi yang disusun mahasiswa setiap semester menjadi pijakan dalam mengikuti perkuliahan, tentu juga ditunjang dengan norma-norma yang berlaku di perguruan tinggi.
Menanggapi hal di atas, tentu setiap mahasiswa memiliki cara pandang yang berbeda-beda . Ada mahasiswa yang sangat menikmati perkuliahan, sedangkan ada juga yang tidak. Tapi yang pasti, mahasiswa harus menjiwai setiap dosen yang mengajar. Mengenal bagaimana karakter dosen merupakan kunci awal untuk menyukai mata kuliah yang diajarkannya. Jika sudah mengenal dan menyukai dosennya tentu memudahkan kita mengikuti perkuliahan.
2. Cara belajar yang efektif
Seorang mahasiswa harus bisa membuat cara belajar yang menyenangkan baginya. Ia harus mengokohkan paradigmanya bahwa belajar adalah kewajibannya. Ia harus sadar bahwa ia sendiri yang memutuskan untuk kuliah. Ia juga harus mengerti bahwa tugas-tugas yang ia kerjakan dalam tuntutan perkuliahan adalah sebuah kewajaran bukan paksaan atau hukuman. Atau dengan kata lain, mahasiswa harus bisa menjalani dan menikmati perkuliahannya dengan kesadaran diri bahwa itu semua ibarat jembatan menuju kesuksesannya.
Mengutip pendapat Washington Irving yang menyatakan “orang yang mulia memiliki tujuan yang jelas, sedangkan selain mereka hanya memiliki ilusi,” maka sebagai mahasiswa kita harus mengetahui tujuan kita kuliah. Kita harus memahami apa sebenarnya makna kuliah itu. Fathimah Muhammad dalam bukunya Meraih Prestasi Puncak mengajak mahasiswa untuk menentukan motivasi sendiri dalam belajar dan meraih prestasi gemilang. Caranya dengan mengungkapkan kalimat-kalimat motivasi itu di karton kemudian menempelkannya di tempat yang mudah terlihat agar ketika semangat belajar sedang turun, tulisan itu bisa dibaca sehingga mampu mengobarkan kembali api semangat dalam diri.
Contoh kalimat motivasi belajar yang dapat dibuat yaitu sebagai berikut.
a. Keluarga dan guru-guruku berharap banyak dariku. Mereka tidak boleh kecewa. Keluargaku telah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhanku dan mendukungku baik secara materil dan mental. Balas terbaik yang dapat kupersembahkan pada saat ini adalah prestasi yang gemilang, sehingga mereka merasa bahwa kerja keras mereka tidak sia-sia dan benih yang mereka tanam dan rawat siang dan malam, kini mulai berbuah. (Fathimah Muhammad, 2005 : 4)
b. Motivasiku untuk berprestasi dan sukses belajar adalah kecintaanku terhadap tanah airku yang membutuhkan kerja keras agar aku bisa mendapat posisi yang terhormat. Jika aku sukses dan berprestasi berarti aku berbakti kepada negeriku tercinta, jika aku gagal berarti aku semakin membebani negara karena biaya yang dikeluarkan negara untukku sangat besar. (Fathimah Muhammad, 2005 : 4)
c. Prestasiku harus baik di semester ini karena itu merupakan bukti syukur dan kepatuhanku kepada Tuhanku. (Fathimah Muhammad, 2005 : 4)
d. Indeks Prestasiku harus di atas 3,5.
e. Aku harus membaca setiap malam minimal satu jam setengah.
Setelah menyusun kalimat motivasi itu dan menempelkannya di dinding kamar yang mudah terlihat, berarti kita telah menyusun sebagian tujuan perkuliahan. Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana kita bisa merealisasikannya. Caranya tentu dengan belajar secara berkessinambungan dengan penuh keikhlasan dan dibarengi dengan berserah diri kepada Sang Pencipta. Ada kata bijak mengatakan “sebagian manusia hanya memimpikan kesuksesan, sedangkan lagi segera bangun bekerja keras sehingga mereka sukses.”
Mahasiswa seharusnya tidak bisa berpangku tangan. Ia harus mempunyai prinsip dalam belajar. Gaya hidup no time for lazy harus ditumbuhkembangkan di kalangan mahasiswa. Keingintahuan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan harus tercermin dalam diri mahasiswa.
Sejalan dengan ini Samsuri dalam artikelnya yang berjudul ”Etos Ilmu Pengetahuan” yang dimuat dalam buku Menabur Benih Menuai Kasih: Persembahan Karya Bahasa, Sosial, dan Budaya untuk Anton M. Moeliono pada Ulang Tahunnya yang ke-75 menyatakan bahwa keingintahuan itu ternyata sudah ada sejak manusia kecil. Inilah salah satu anugrah Tuhan yang sangat penting. Penambahan pengetahuannya tentang dunia sekelilingnya menambah dan memupuk rasa ingin tahunya karena disadarinya bahwa pengetahuannya tentang segala sesuatu di sekelilingnya merupakan pemecahan masalah yang dihadapi di dunia ini.
Rasa ingin tahu akan membawa mahasiswa untuk mencari kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Kebenaran itu akan dicari berdasarkan sumber tertulis atau tidak berdasarkan pengujian melalui penelitian ilmiah. Jika mahasiswa menghendaki pengujian melalui penelitian ilmiah, maka hal ini lebih baik. Dengan demikian, penelitian sebagai salah satu tri darma perguruan tinggi bisa dimaksimalkan realisasinya.
Teknik Belajar
Rasa ingin tahu yang tinggi akan menjadi pemompa semangat belajar mahasiswa. Agar semangat belajar bisa dipertahankan perlu mengetahui cara belajar yang efektif agar kuliah dapat dijalankan dengan menyenangkan. Rumasi Simaremare (2011 : 11) menyatakan tiga hal pokok yang berkaitan dengan teknik belajar, yakni (1) cara-cara mengikuti kuliah, (2) cara belajar di luar kuliah atau praktikum, dan (3) cara-cara bertanya.
Agar bisa berhasil mengikuti perkuliahan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu persiapan diri sebelum kuliah, mencatat kuliah, dan mencerna hasil kuliah. Ketiga hal ini harus dilaksanakan bila ingin sukses kuliah. Jika hanya mengikuti dua dari tiga poin yang dicantumkan, maka perkuliahan akan terhambat. Bagaimana bisa kuliah sukses jika tidak pernah ada persiapan diri sebelum kuliah. Begitu juga dengan hal lainnya, apa yang didapat jika selesai mengikuti perkuliahan tidak pernah mencerna hasil kuliah.
Cara belajar di luar waktu kuliah bisa dikaitkan dengan belajar mandiri. Membaca buku di perpustakaan ketika waktu kuliah kosong merupakan hal yang paling baik. Menghabiskan waktu tanpa memanfaatkannya untuk belajar merupakan tindakan pemborosan. Selain itu, pemanfaatan waktu kosong kuliah untuk melakukan praktikum juga tidak kalah pentingnya. Mengingat tugas mahasiswa itu sangat banyak, untuk itu waktu kosong bisa dijadikan peluang untuk mengerjakan tugas termasuk praktikum.
Selain dua hal di atas, cara bertanya perlu juga diperhatikan. Cara bertanya berhubungan dengan teknik belajar karena lewat bertanya kita bisa meminta penjelasan mengenai hal-hal yang perlu dipertanyakan, tentunya yang belum dipahami. Bertanya bukan hal yang dilarang tapi harus mengetahui cara bertanya yang efektif. Cara bertanya efektif maksudnya bertanya dengan penuh kesopanan, mampu menyusun pertanyaan dengan singkat dan jelas, dan pertanyaan bukan untuk menguji dosen/pemateri.
Strategi Belajar
Slameto (2010 : 73) menyatakan ada empat belas strategi belajar. Keempat belas itu adalah (1) keadaan jasmani, (2) keadaan emosional dan sosial, (3) keadaan lingkungan, (4) memulai belajar, (5) membagi pekerjaan, (6) adakan control, (7) pupuk sikap optimis, (8) waktu bekerja, (9) buat suatu rencana belajar, (10) mempergunakan waktu, (11) belajar keras tidak merusak, (12) cara mempelajari buku, (13) mempertingi kecepatan membaca, dan (14) jangan hanya sekadar membaca.
Keadaan jasmani menyangkut masalah kesehatan fisik mahasiswa. Jika fisiknya kurang sehat maka belajar juga kurang semangat. Bagaimana mungkin seorang mahasiswa bisa fokus belajar jika kepalanya pusing atau ngantuk. Untuk itu, kesehatan prima harus tetap terjaga agar belajar tidak terkendala.
Menjaga kesehatan bisa dilakukan dengan pola makan teratur, tidur yang teratur, serta berolahraga. Pola makan juga harus dilihat dari kandungan yang dimakan. Asupan gizi empat sehat lima sempurna harus terpenuhi agar badan tetap sehat.
Keadaan emosional seorang mahasiswa harus tetap terjaga. Jangan terlalu takut untuk gagal. Ketakutan yang berlebihan dapat menghambat prestasi belajar. Jika kita lirik sebentar film India yang berjudul Three Idiots yang salah satu pemainnya bernama Raju Rastogi, kita mengetahui bahwa dia seorang yang sangat takut gagal sehingga membuat nilainya selalu anjlok, tapi setelah ia melepas ketakutannya itu, ia akhirnya bisa sukses menggapai cita-citanya.
Keadaan belajar turut mempengaruhi konsentrasi belajar. Usahakan tempat belajar jauh dari suasana rebut atau bising. Walaupun demikian, ada juga mahasiswa yang bisa belajar sambil mendengarkan musik. Hal ini adalah cara belajar misterius karena jarang orang bisa berkonsentrasi dengan dua pekerjaan sekaligus.
Betapa pun baiknya faktor pendukung belajar tapi jika tidak dilaksanakan sama artinya dengan nol. Mulailah memaksakan diri untuk belajar. Pertama-tama mungkin belajar hanya mampu bertahan sebentar. Tapi jika dipaksa setiap hari, belajar bisa menjadi gaya hidup. Seperti yang dikatakan orang bijak “jaga pikiran karena ia berpengaruh tehadap perbuatan, jaga perbuatan karena ia membentuk kebiasaan, bentuk kebiasaan karena ia mempengaruhi sifat, bangun sifat karena ia akan membentuk karakter, perbaiki karakter karena ia akan mengubah nasib.”
Membagi pekerjaan berkaitan dengan fokus kepada salah satu tugas dengan waktu yang disediakan. Banyaknya tugas mahasiswa bisa membuat mahasiswa kualahan untuk mengerjakannya. Untuk itu, cara pengerjaannya harus secara satu tuntas baru mengerjakan tugas yang lain. Kebiasaan buruk dalam mengulur-ulur waktu pengerjaan tugas membuat mahasiswa harus menggunakan sistem kebut semalam dalam mengerjakan tugas perkuliahan.
Pemahaman terhadap perkuliahan yang telah dilalui bisa dilihat dari tindakan control. Pada bagian ini, mahasiswa bisa melihat sejauh mana pemahamannya terhadap bahan yang telah dikuasai. Nilai ujian bisa dijadikan sebagai acuan dalam hal ini. Namun, sering juga nilai ujian tidak dikembalikan sehingga mahasiswa tidak mampu mengintrospeksi diri.
Optimis adalah kunci keberhasilan. Optimis biasanya sering dilontarkan mahasiswa saat teman sedang mengeluh atau pesimis. David J. Schwartz (2007 : 123) dalam bukunya The Magic of Thinking Big yang diterjemahkan oleh F. X. Budiyanto menjadi Berpikir dan Berjiwa Besar, menyatakan “Anda adalah apa yang Anda pikirkan mengenai diri Anda.” Di sini disebutkan jika seseorang merasa ia tidak penting maka ia benar-benar tidak penting, tapi jika sebaliknya jika ia merasa penting maka ia benar-benar penting. Pikiran itu akan berpengaruh terhadap perbuatan. Jika mahasiswa merasa dirinya tidak mampu maka telah mensugesti pikirannya tidak mampu sehigga ia tidak mampu, tapi jika mahasiswa berpikir ia mampu maka ia pun benar-benar mampu.
Waktu belajar juga harus diperhitungkan oleh mahasiswa. Sistem bejalar nonstop tidak akan memberi manfaat besar. Maksudnya, ketika mau ujian maka belajar di malam itu di-start mulai pukul delapan malam hingga pukul dua belas tanpa diselingi istirahat sedikitpun. Sistem ini kurang efektif karena biasanya orang hanya mampu belajar penuh perhatian selama empat puluh menit. Untuk itu setelah empat puluh menit usahakan merilekskan tubuh sebentar kemudian dilanjutkan lagi, begitu seterusnya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam belajar harus ada suatu rencana agar kita bisa berjalan sesuai rel yang disusun. Untuk menjalankan rencana belajar, kita bisa membuat rencana belajar harian, kemudian mingguan, bulanan, atau bahkan per semester.
Menghasilkan sesuatu hanya akan mungkin jika menggunakan waktu dengan efisien. Waktu yang lewat sudah hilang dan tak akan pernah kembali. Coba hitung waktu yang terbuang dalam satu hari saja. Tentu banyak sekali. Untuk itu, kita harus memaksimalkan waktu dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar dengan penuh konsentrasi tidak merusak. Yang merusak adalah menggunakan waktu tidur untuk belajar. Mengurangi waktu istirahat akhirnya akan merusak badan. Cara itu tentu tidak perlu. Orang membutuhkan waktu tidur selama 7 jam. Untuk itu pergunakanlah waktu sebaik mungkin tanpa mengkorupsikan waktu tidur.
Cara mempelajari buku sangat penting untuk menunjang belajar yang efektif karena dengan cara yang tepat buku dapat dipahami isinya tanpa harus menggunakan waktu yang lama untuk membacanya. Untuk itu kita harus mengerti cara membaca cepat tapi tetap memahami isi buku yang dibaca. Solusi yang dapat dibuat adalah mempelajari trik-trik membaca cepat.
3. Memilih lingkungan tempat tinggal
Kebahagian yang diperoleh setelah menggondol nama mahasiswa bukan berarti tidak mempunyai rintangan. Banyak godaan yang dapat menjerumuskan mahasiswa ke jalan kegelapan jika tidak membentengi pertahan diri dengan keimanan yang kuat. Lingkungan tempat ia tinggal mempunyai pengaruh yang kuat saat mengikuti perkuliahan, apalagi bagi mahasiswa yang jauh dari orangtua. Kehidupan kota yang sangat dekat dengan tindak kriminal bisa menjerumuskan mahasiswa jika berteman dengan teman yang salah. Narkoba bisa menjadi teman sehari-hari, seks bebas bisa menjadi hal yang biasa, serta tauran bisa menjadi gaya hidup baru jika tidak bisa menahan diri dari segala godaan.
2. Penutup
Pemilihan status menjadi mahasiswa adalah pilihan diri sendiri. Tak ada yang memaksa untuk kuliah melainkan atas permintaan pribadi. Atas segala kesadaran itu, seorang mahasiswa seharusnya mampu melihat posisinya sekarang sehingga antara nama dan perbuatan harus sejalan.
Perkuliahan yang dinyatakan sebagai bekal untuk memperoleh masa depan yang lebih baik hanya akan sebagai ucapan belaka jika tidak betul-betul mengikuti perkuliahan itu dengan baik. Untuk itu, harus belajar keras agar semua yang diidam-idamkan itu dapat terwujud. Terwujudkan cita-cita itu dimulai dengan langkah yang tepat saat mengikuti perkuliahan. Untuk itu agar perkuliahan bisa berjalan lancar dibutuhkan suatu trik untuk menumbuhkan semangat belajar. Semangat belajar itu bisa dibangkitkan dengan membuat kalimat motivasi untuk diri sendiri serta mengetahui cara belajar yang efektif selama mengikuti perkuliahan. Selain itu mengenal lingkungan tempat tinggal juga tidak kalah penting karena lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap diri seorang mahasiswa.
3. Daftar Pustaka
Muhammad, Fathimah.2005. Meraih Prestasi Puncak. Jakarta: Khalifa
Slameto.2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Simaremare, Rumasi.2011. Penuntun Belajar di Perguruan Tinggi. Medan: FBS-Unimed
The Magic of Thinking Big oleh David J. Schawatz yang diterjemahkan oleh F. X. Budiyanto menjadi Berpikir dan Berjiwa Besar tahun 2007 penerbit Binarupa Aksara