INI INDONESIA?
Oleh Justianus Tarigan
Cita-cita setiap orang berbeda-beda. Ada yang mau jadi guru, ada yang mau jadi TNI, ada yang mau jadi dokter, dan masih banyak lagi.
Cita-cita memang tidak pernah salah. Bahkan hidup tanpa cita-cita sebagian orang menganggap bagai kapal tak punya tujuan.
Begitu juga denganku. Lulus dari semua tingkat persekolahan, aku masuk ke perguruan tinggi. Dari semua perguruan tinggi yang ada, aku hanya ingin masuk ke perguruan tinggi keguruan. Alasannya jelas: mau jadi Guru. Dengan tekad kuat akhirnya diterima di salah satu kampus terbaik di Medan. Jurusan bahasa Indonesia.
Perkuliahan tidak ada masalah yang berarti kutemui. Satu dua masalah menghadang selalu saja terselesaikan dengan baik. Tentunya atas bantuanNya. Yang jadi masalah terbesar selanjutnya, selepas tamat kuliah, adalah cita-cita melanjutkan studi ke tingkat lebih tinggi.
Saat beragam beasiswa yang berseliweran di depan mata, aku hanya terpana tak berkutik melihat salah satu syaratnya, kemampuan bahasa asing. Katakan saja bahasa Inggris.
Barangkali memang butuh ekstra belajar bahasa Inggris supaya bisa mendapatkan beasiswa itu. Dan ini tak pernah kuseriuskan dalam mempelajarinya. Ini salah satu salahku juga.
Alih-alih masih mencari beasiswa, aku coba juga mengajukan lamaran sebagai pengajar bahasa Indonesia di salah satu sekolah. Tak kuduga, sungguh. Yang dites saat penerimaan guru di situ malah bahasa Inggris saja. Waw... dalih sekolahnya adalah karena sekolah menerapkan kurikulum seperti itu. Serasa aku sedang di luar negeri mencari kerjaan sebagai tenaga pendidik.
Padahal kalau mereka mau mengetes aku secara objektif terkait kemampuan mengajar dan kemampuan profesionalku sebagai guru bahasa Indonesia, bukan sombong, aku tidak pernah ragu. Aku tahu diri dalam hal ini.
Jadinya, aku tak tahu apa yang terjadi. Biarlah aku mengawali lagi. Maksudku belajar bahasa Inggris dari buku-buku yang terserak di rak lemari. Kadang aku berpikir, kalau aku sehebat orang yang jurusan bahasa Inggris dalam berkomunikasi dan aku bukan jurusan bahasa Inggris barangkali aku lebih baik jadi pengajar bahasa Indonesia saja di luar negeri. Gaji terjamin plus liburan. Kalau beruntung bisa kuliah lagi di luar negeri. Tapi itu hanya angan hari ini.
Kadang memang terasa aneh di negeri sendiri. Saat orang barat datang ke negeri sendiri untuk berlibur, mereka membawa budayanya sendiri bahkan kita menggunakan bahasa mereka untuk melayani mereka. Sedangkan saat yang bersamaan kita ke luar negeri untuk tujuan berlibur juga, kita tidak dilayani dengan budaya kita dan bahasa kita.
Begitulah kenyataan sehingga aku berpikir apakah aku sedang di Indonesia?
Senin, 02 April 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar